"Biodiesel dan Bioetanol, kedua bahan bakar ini dihasilkan dari berbagai tanaman yang ada di Indonesia. Dengan kemampuan seperti itu, maka tidak ada alasan untuk tidak mengembangkan energi biodiesel ini," katanya.
Menurut dia, perkebunan kelapa sawit di Indonesia berkembang dengan pesat sejak awal tahun 80-an dan hingga akhir 2003 luas total perkebunan kelapa sawit di Indonesia telah mencapai 4,9 juta hektar dengan produksi CPO (crude palm oil) sebesar 10,68 juta ton.
Perkembangan perkebunan sawit ini, katanya, masih akan terus berlanjut dan diperkirakan dalam lima tahun mendatang Indonesia akan menjadi produsen CPO terbesar di dunia dengan total produksi sebesar 15 juta ton/tahun.
Salah satu produk hilir dari minyak sawit yang dapat dikembangkan di Indonesia - selain sebagian besar hasilnya masih dieskpor dalam bentuk CPO, dan di dalam negeri diolah menjadi produk pangan, terutama minyak goreng--adalah biodiesel, yang dapat digunakan sebagai "bahan bakar alternatif", terutama untuk mesin diesel.
"Dengan semakin tingginya harga minyak bumi akhir-akhir ini, sudah saatnya apabila Indonesia mulai mengembangkan biodiesel, baik untuk konsumsi dalam negeri maupun untuk ekspor," katanya.
Ia mengungkapkan, biodiesel ini adalah bahan bakar cair yang diformulasikan khusus untuk mesin diesel yang terbuat dari minyak nabati (bio-oil), tanpa perlu memodifikasi mesin dieselnya.
"Untuk pemakaian Biodiesel ini, bisa pure biodiesel, maupun sebagai bahan substitusi pada petrodiesel, dengan campuran antara 5 sampai 20%. Berbagai kendaraan, mulai dari truk, bus, traktor, hingga mesin-mesin industri bisa menggunakan bahan bakar biodiesel ini," katanya.
Bahkan, kata dia, sebuah mobil Toyota Innova keluaran terbaru - dengan mesin commond real-nya--bisa menggunakannya. Ia memberi contoh bahwa salah satu mobil Toyota Innova milik para peneliti sudah mampu menempuh jarak 9.195 km dengan menggunakan bahan bakar biodiesel.
Rabu, 24 Desember 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar